LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN 6
REAKSI ALDEHID DAN KETON
Disusun :
Nama :
Ai Rudiyat
NIM : 31111004
Kelas :
Farmasi 2A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
A. Judul Praktikum
Reaksi
Aldehid dan Keton
B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa
mampu mengetahui perubahan dan reaksi reduksi yang terjadi pada aldehida dan
keton.
C. Dasar Teori
Salah satu gugus fungsi yang kita yaitu
aldehid. Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil
yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Nama IUPEC dari
aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran “ana“ dengan “al“.
Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida
(Petrucci, 1987).
Aldehid dinamakan menurut nama asam
yang mempunyai jumlah atom C sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom
sama. Pembuatan aldehida adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer,
reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan
untuk pembuatan aldehida aromatik (Fessenden, 1997).
Salah satu reaksi untuk pembuatan
aldehid adalah oksidasi dari alkohol primer. Kebanyakan oksidator tak dapat
dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya menjadi asam karboksilat. Oksidasi
khrompiridin komplek seperti piridinium khlor kromat adalah oksidator yang
dapat merubah alkohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam
karboksilat (Petrucci, 1987).
Keton adalah suatu senyawa organik yang
mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil,
atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon
karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen
yang terikat pada gugus karbonil (Wilbraham, 1992).
Pembuatan keton ynag paling umum adalah
oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi
yang khas antara lain khromium oksida (CrO3), phiridinium khlor
kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan
kalium permanganat (KMnO4) (Respati, 1986).
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton
adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi oksidasi untuk membedakan
aldehida dan keton. Aldehid mudah sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan
terhadap oksidator. Aldehida dapat dioksidasi dengan oksidator yang sangat
lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu reduksi
menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon dan reduksi pinakol (Wilbraham,
1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton,
karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen,
maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya
aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik
elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah
molekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang lain (Fessenden, 1997).
Aldehid dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi
pada umumnya aldehid lebih reaktif dibanding keton. Kimiawan memanfaatkan
kemudahan oksidasi aldehid dengan mengembangkan beberapa uji untuk mendeteksi
gugus fungsi ini (Willbraham, 1992).
Uji Tollen merupakan salah satu uji yang digunakan untuk
membedakan mana yang termasuk senyawa aldehid dan mana yang termasuk senyawa
keton. Selain dengan menggunakan Uji Tollen untuk membedakan senyawa aldehid
dan keton dapat juga menggunakan Uji Fehling dan Uji Benedict. Aldehid lebih
mudah dioksidasi dibanding keton. Oksidasi aldehid menghasilkan asam dengan
jumlah atom karbon yang sama ( Hart, 1990).
Hampir setiap reagensia yang mengoksidasi alkohol juga dapat
mengoksidasi suatu aldehid. Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang
digunakan dalam uji ini, adalah larutan basa dari perak nitrat. Larutannya
jernih dan tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagi oksida
pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amonia.
Amonia membentuk kompleks larut air dengan ion perak
(Willbraham,1992).
Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan campuran dari AgNO3 dan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalh Ag2O yang bila tereduksi akan menghasilakan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada tabung reaksi yang akn menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi Tollens sering juga disebut pereaksi cermin perak (Sudarmo, 2006).
Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan campuran dari AgNO3 dan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalh Ag2O yang bila tereduksi akan menghasilakan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada tabung reaksi yang akn menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi Tollens sering juga disebut pereaksi cermin perak (Sudarmo, 2006).
Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam
reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan
terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi.Reaksi dengan
pereaksi Tollens mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O.
Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton selanjutnya keton tidak dapat
dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens. Hal ini disebabkan karena
keton tidak mempunyai atom hidrogen yang menempel pada atom karbon karbonil. Keton
hanya dapat dioksidasi dengan keadaan reaksi yang lebih keras dibandingkan
dengan aldehid. Ikatan antara karbon karbonil dan salah satu karbonnya putus,
memberikan hasil-hasil oksidasidengan jumlah atom karbon yang lebih sedikit
daripada bahan keton asalnya. Kekecualian adalah dalam oksidasi keton siklik,
karena jumlah atom karbonnya tetap sama. Misalnya, sikloheksanon dioksidasi
secar besar-besaran menjadi asam dipat, bahan kimia pentinh dalam pembuatan
Nylon.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Tabung reaksi
Pipet volume
Bola penghisap
Erlenmeyer/ beaker glass
Kapas
|
2. Bahan
Acetaldehide
Perak Nitrat (AgNO3)
Natrium Karbonat (Na2CO3) 10%
Natrium Hidroksida (NaOH) 10%
Natrium Hidrosulfit (NaHSO4)
Larutan fehling
Aceton
|
E. Prosedur Kerja
1. Acetaldehide
a. Reduksi
larutan Perak Amonikal
·
Masukkan
1 ml larutan acetaldehyde kedalam tabung reaksi
·
Tambahkan
4 tetes larutan perak amonikal, kocok
·
Panaskan
dalam beaker glass yang sudah berisi aquades 20-25 ml dengan suhu 70oC. Amati
perubahannya
·
Ulangi
percobaan sekali lagi.
b. Reduksi
Larutan Fehling
·
Masukkan
1 ml acetaldehyde pada tabung reaksi
·
Tambahkan
2 tetes larutan fehling, kocok larutan tersebut
·
Kemudian
panaskan (seperti halnya pada percobaan A), Amati perubahannya
·
Jika
perubahan yang terjadi tampak kurang jelas, tambahkan larutan NaCO3 10%
sebanyak 5 tetes, Amati perubahannya.
·
Ulangi
percobaan sekali lagi.
c. Pembuatan
Resin (Pendamaran)
·
Masukkan
1 ml acetaldehyde ke dalam tabung reaksi
·
Tambahkan
1 ml NaOH 10%, tutup menggunakan tissue atau kapas
·
Kemudian
panaskan dengan menggunakan beaker glass yang sudah di isi aquades. Amati
perubahan yang terjadi.
·
Ulangi
percobaan sekali lagi.
2. Keton
·
Masukkan
1 ml aceton
·
Tambahkan
0,5 ml NaHSO4 pekat ke dalam tabung reaksi, kocok. Amati perubahan yang
terjadi.
·
Kemudian
panaskan larutan terssebut ( seperti pada percobaan aldehide)
·
Selanjutnya
dinginkan, amati perubahan yang terjadi.
·
Ulangi
percobaan sekali lagi.
F. Data Hasil Pengamatan
No.
|
Reaksi
|
Hasil
|
1.
|
a. 1 ml acetaldehyde + 4 tetes perak
amonikal + pemanasan
|
Terdapat
larutan bening dengan bayangan yang terbalik.
|
b. 1 ml acetaldehyde + 2 tetes lar
fehling + pemanasan
|
Terdapat
larutan berwarba hijau dan endapan yang berwarna coklat
|
|
c. 1 ml acetakdehyde + 1 ml NaOH +
pemanasan
|
Larutan
kuning keruh
|
|
2.
|
1
ml aceton + 0,5 ml NaHSO4 pekat + pemanasan lalu dinginkan
|
Larutan
berwarna bening tapi memiliki bau seperti karet.
|
G. Pembahasan
Pada percobaan terhadap asetaldehid ditambahkan dengan
pereaksi tollens, lalu larutan ini dipanaskan, dan terjadi perubahan yaitu
warna larutan agak keruh abu-abu dan timbal cermin perak pada dinding tabung.
Warna larutan berubah menjadi gelap. Dengan munculnya cermin perak pada dinding
tabung reaksi pada percobaan kali ini maka dapat dinyatakan bahwa asetaldehid
merupakan salah satu contoh dari senyawa aldehid.
Aldehid mereduksi ion diamminperak(I) menjadi logam perak.
Karena larutan bersifat basa, maka aldehid dengan sendirinya dioksidasi menjadi
sebuah garam dari asam karboksilat yang sesuai. Persamaan setengah reaksi untuk
reduksi ion diamminperak(I) menjadi perak adalah sebagai berikut:
Ag(NH3)2+ + e-
Ag + 2NH3
Menggabungkan
persamaan di atas dengan persamaan setengah reaksi dari oksidasi sebuah aldehid
pada kondisi basa, yakni
RCHO + 3OH-
RCOO- + 2H2O + 2e-
akan menghasilkan persamaan reaksi lengkap:
2Ag(NH3)2+ + RCHO + 3OH-
2Ag + RCOO- + 4NH3 + 2H2O
Pada percobaan Asetaldehid yang direksikan dengan fehling,
kemudian dipanaskan dalam penangas selama 2 menit pemanasan dilakukan untuk
mempercepat reaksi yang berlangsung . setelah dilakukan pemanasan didapatkan
larutan dengan warna hijau dan endapan coklat. Hal tersebut menunjukan
teroksidasinya asetaldehid oleh pereaksi fehling, karena asetaldehid termasuk
ke dalam asam kuat yang mampu mereduksi larutan fehling. Aldehid mereduksi ion
tembaga(II) menjadi tembaga(I) oksida. Karena larutan bersifat basa, maka
aldehid dengan sendirinya teroksidasi menjadi sebuah garam dari asam
karboksilat yang sesuai. Persamaan untuk reaksi-reaksi ini selalu
disederhanakan untuk menghindari keharusan menuliskan ion tartrat atau sitrat
pada kompleks tembaga dalam rumus struktur. Persamaan setengah-reaksi untuk
larutan Fehling dan larutan Benedict bisa dituliskan sebagai:
2Cu2+(dalam kompleks) + 2OH- + 2e-
Cu2O + H2O
Menggabungkan
persamaan di atas dengan persamaan setengah reaksi untuk oksidasi aldehid
pada kondisi basa yakni :
RCHO + 3OH-
RCOO- + 2H2O + 2e-
akan
menghasilkan persamaan lengkap:
RCHO + 2Cu2+ (dalam kompleks) + 5OH-
RCOO- + Cu2O + 3H2O
Percobaan menggunakan acetaldehyde yang direaksikan dengan
NaOH lalu dilakukan pemanasan menghasilkan warna larutan kuning keruh, hal ini
dipengaruhi oleh larutan NaOH yang bersifat elektrolit bereaksi dengan larutan
asetaldehid yaitu Senyawa yang dibuat melalui oksidasi etilena dengan bantuan
katalis paladium-tembaga, dan setengah dari asetaldehid yang diproduksi dapat
dioksidasi menjadi asam asetat.
Pada percobaan aseton yang direaksikan dengan NaHSO4
serta dilakukanya pemanasan, hal ini dilakukan untuk mempercepat reaksi. Di
dapatkan warna larutan bening serta terciumnya bau karet. Hal ini
menunjukan adanya pembentukan ester dari aseton.
H. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat berdasarkan data hasil
pengamatan dan pembahasan, diantaranya yaitu :
1. Aldehid
dan keton adalah atom karbon yang dihubungkan dengan atom oksigen oleh ikatan
ganda (dua gugus karbonil)
2. Aldehid
adalah senyawa organik yang karbon-karbonilnya (karbon yang terikat pada
oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit satu hidrogen.
Rumus umum aldehid adalah CnH2nO. Keton adalah senyawa organik yang karbon – karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lain.
Rumus umum aldehid adalah CnH2nO. Keton adalah senyawa organik yang karbon – karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lain.
3. Suatu
sampel dapat dikatakan sebagai aldehid apabila direaksikan dengan pereaksi
tollens kemudian dipanaskan akan terbentuk cermin perak pada dinding tabung
reaksinya.
Daftar
Pustaka
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr
Kimia Organik. Bina Aksara. Jakarta.
Hart,
Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Willbraham,
and Michael S. Matta. 1992. Kimia Organik dan Hayati. Bandung : ITB
Annisafushie.
(2009). Aldehi dan Keton. [Online]. Tersedia :
http://annisanfushie.wordpress.com/2009/01/02/aldehid-dan-keton/[9 Juli 2013 / 22:00]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar